13.1.08

Hari Yang Dijanjikan

Hari demi hari di dalam kehidupan dunia ini sesungguhnya menuju kepada sebuah hari agung yang telah dijanjikan Allah.

Hari dimaksud memiliki banyak sebutan di dalam Quran, di antaranya: hari Akhir, hari Berbangkit, hari Berkumpul, hari Penyesalan, hari Perhitungan, hari Pembalasan, dan hari Yang Kekal.
 
Berbagai macam sebutan tersebut cukup menggambarkan sifat dan keadaan hari yang dijanjikan Allah, serta urusan apa-apa saja yang akan dilaksanakan pada waktu itu.

Hari agung tersebut didahului oleh peristiwa kehancuran alam semesta. Momen kehancuran yang berlangsung singkat ini Allah sebut dengan istilah "jam" (assaa'ah).

Quran menceritakan bahwa dalam peristiwa itu langit pecah, matahari digulung, dan terjadi gerhana.  Manusia terpana, merasa heran akan apa yang sedang terjadi.
 
Bumi berguncang hebat, mengeluarkan segala apa yang dikandungnya dan membuat kubur-kubur terbongkar.  Gunung-gunung hancur berhamburan, permukaan bumi menjadi rata tanpa ada dataran yang tinggi atau yang rendah.
 
Meteor-meteor menghunjami bumi yang sudah tidak lagi dilindungi atmosfer, air laut mendidih meluap-luap.  Tersadarlah manusia bahwa peristiwa yang maha dahsyat sedang mendatangi mereka.
 
Guncangan yang dialami jiwa manusia pada saat itu teramat hebat sehingga para ibu yang menyusui meninggalkan bayinya, kandungan perempuan-perempuan berguguran, dan anak-anak mendadak beruban.
 
Orang-orang terlihat mabuk, padahal mereka tidak mabuk.  Hebatnya momen kehancuranlah yang menjadikan mereka seperti itu.
 
Peristiwa kehancuran alam semesta dipungkas dengan tiupan pertama sangkakala. Seluruh yang ada di langit dan di bumi tersentak mati, kecuali siapa yang Allah kehendaki.
 
Kemudian hari Berbangkit pun digelar seiring dengan tiupan sangkakala untuk yang ke dua kalinya.  Allah melemparkan kembali tiap-tiap roh kepada jasadnya.  Tubuh-tubuh yang sudah hancur terurai, kembali tersusun menjadi manusia utuh, bangkit menghadap pengadilan Allah.
 
Manusia dari segala zaman dikumpulkan semuanya tanpa ada seorang pun yang tertinggal.  Sedemikian banyaknya manusia memadati permukaan bumi sehingga seakan-akan mereka itu belalang yang bertaburan.
 
Manusia-manusia yang baru saja terbangun dari ”tidur” itu akan merasakan relativitas waktu.  Mungkin di dalam mimpi kita pernah mengalami peristiwa yang rasanya terjadi selama satu hari dan setelah terjaga kita baru sadar bahwa ”peristiwa” itu sebenarnya hanya berlangsung satu-dua jam saja.  Begitu pula kehidupan di dunia ini yang kebanyakan manusia zaman sekarang menjalaninya selama sekitar 60-70 tahun, pada saat nanti kita terjaga dengan kesadaran baru di kehidupan yang akan datang semua ini akan terasa berlangsung satu jam lebih saja.  Manusia-manusia zaman dulu yang umurnya bisa mencapai seribu tahun, pada hari Berbangkit akan merasa bahwa kehidupan mereka di dunia hanya berlangsung satu hari saja.
 
Pandangan mata manusia pada hari itu sangat tajam.  Kerajaan langit beserta malaikat-malaikat yang semasa hidup di dunia tertabir dari penglihatan, pada hari itu akan tampak dengan nyata.
 
Pengadilan Allah segera ditegakkan.  Tiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing.  Seorang sahabat tidak akan menanyakan sahabatnya, dan antara sanak saudara tidak akan saling mempedulikan.  Urusan pada hari itu sudah sangat berat bagi masing-masing orang.
 
Manusia akan digiring berbaris menuju kawah Jahanam yang melontarkan bunga-bunga api setinggi istana, dan diliputi angin yang membakar serta asap hitam.  Mereka menunggu dipanggil untuk menerima buku perhitungannya.
 
Sebagian manusia akan menerima buku perhitungannya di tangan kanan, dan sebagian yang lain akan menerima buku perhitungannya di tangan kiri atau dari belakang punggungnya.
 
Mereka yang diberi buku perhitungan di tangan kanan adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang sejak di dunia sudah meyakini akan adanya perhitungan ini.  Mereka mendapatkan penghitungan yang mudah dan kembali kepada keluarga mereka dengan gembira.  Mereka diselamatkan dari tempat itu untuk menuju surga yang tinggi.
 
Mereka yang diberi buku perhitungan di tangan kiri atau dari belakang punggungnya dulu yakin bahwa kematian akan menamatkan segalanya, dan tidak menyangka bahwa hari Pembalasan ini akan benar-benar ada.
 
Mereka didera penyesalan setelah melihat azab di hadapan mereka.  Bagi mereka itu adalah hari nahas, betapa azab yang ketika di dunia mereka jadikan bahan olok-olok ternyata benar-benar mereka temui.
 
Belenggu yang diikat rantai dipasangkan pada leher mereka, lalu mereka diseret pada muka mereka ke dalam air yang mendidih.  Di dalamnya mereka dibakar dengan api yang panasnya naik sampai ke jantung, dan dikucurkan dengan air yang mengelupaskan kulit kepala.  Setiap kali kulit mereka hangus, Allah menumbuhkan kembali kulit baru supaya mereka terus merasakan pedihnya siksaan itu.
 
Kehidupan mereka dinaungi oleh penjaga-penjaga yang bengis, dan siksaan cambuk besi.  Neraka dipenuhi dengan suara erangan dan keluhan.  Mereka memohon agar siksaan diringankan barang sehari, atau kalau bisa mereka dibinasakan saja.  Namun permohonan mereka pada waktu itu hanya akan dianggap angin lalu.  Siksaan mereka tidak akan diringankan barang sehari pun, dan mereka akan dibiarkan terus hidup untuk menjalaninya.
 
Penghuni neraka tidak mendapatkan apapun yang bisa diminum kecuali air mendidih yang memotong usus, dan nanah.  Tidak mendapatkan apapun yang bisa dimakan selain pohon berduri yang tidak menghilangkan lapar, dan pohon Zaqum yang mayangnya seperti kepala-kepala setan.
 
Itulah akhir nasib mereka yang ketika di dunia menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Allah, memperolok-olok rasul-Nya, dan mendustakan hari Akhir.  Mereka kekal di dalam neraka dan tidak sekali-kali akan dikeluarkan.
 
Di lain pihak, golongan yang akan memasuki surga kenikmatan bersuka cita.  Mereka disambut oleh ucapan selamat dari para malaikat.
 
Surga yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa tersebut luasnya seluas langit dan bumi.  Keadaannya teduh, tidak ada terik matahari dan tidak ada pula dingin yang menusuk.
 
Dipenuhi dengan mata air-mata air, kebun-kebun anggur, dan pohon buah-buahan yang tandannya rendah sehingga mudah dipetik.  Mengalir di bawahnya sungai-sungai air yang selalu bersih, sungai-sungai susu yang selalu segar, sungai-sungai anggur yang tidak memabukkan, dan sungai-sungai madu yang murni.
 
Para penghuni surga tinggal di istana-istana dengan kamar-kamar yang tinggi.  Mereka berpakaian sutra hijau dan diperhiaskan dengan emas dan mutiara.
 
Kepada mereka dihidangkan berbagai jenis daging yang mereka ingini, aneka buah-buahan, dan apapun yang mereka minta. Disajikan pula untuk mereka minuman lezat di dalam bejana-bejana perak dan piala-piala kristal.

Di dalam surga itu mereka dipasangkan dengan gadis-gadis pingitan yang bermata lebar dan berbuah dada montok.  Yang tidak pernah dijamah oleh manusia ataupun oleh jin sebelumnya.  Cantik jelita bagaikan yakut dan marjan.
 
Para penghuni surga menjalani kebahagiaan mereka tanpa ada mengenal lelah.  Bercengkerama berhadap-hadapan di atas sofa yang dianyam, dan bantal-bantal sandaran.  Mereka dilayani oleh anak-anak muda abadi yang tampak seperti mutiara bertaburan.

Perasaan dendam dicabut dari dalam hati mereka, dan mereka satu sama lain merasa seperti bersaudara.  Di dalamnya hanya ada kedamaian yang kekal, tidak ada terdengar dusta atau ucapan sia-sia.
 
Itulah akhir nasib mereka yang di dalam kehidupan dunia beriman, bertakwa, serta mengerjakan kebajikan.  Allah rida terhadap mereka, dan mereka pun rida kepada-Nya.

Share on Facebook

Artikel Terkait: