28.3.08

Pertanyaan Seputar Kerasulan Sakti A.S.

Anda mengaku sebagai rasul, tapi bukankah kerasulan telah ditutup dengan hadirnya Nabi Muhammad?

Nabi Muhammad adalah nabi terakhir (khataman nabiyyin), tapi bukan rasul terakhir.

Quran menceritakan bahwa Allah telah mengambil janji dari nabi-nabi yang isi pokoknya adalah bahwa nabi-nabi itu akan mempercayai dan menolong rasul yang akan datang setelah mereka.

“Dan ketika Allah mengambil perjanjian nabi-nabi, ‘Bahwa Aku memberi kalian kitab dan hikmah; kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang bersama kalian ....” (Quran 3:81)

Melalui ayat lain kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad termasuk salah seorang nabi yang terikat oleh perjanjian tersebut.  Artinya, setelah Nabi Muhammad masih akan datang lagi seorang rasul.

“Dan ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari engkau (Muhammad), dan dari Nuh, dan Ibrahim, dan Musa, dan Isa putra Mariam; Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh” (Quran 33:7)

Rasul yang datang ini bukanlah seorang nabi yang membawa kitab/ajaran baru.  Saya hanya meluruskan kembali ajaran Nabi Muhammad yang telah banyak diselewengkan.

Bagaimana dengan ayat Quran yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia?

Artinya, Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia secara umum, bukan khusus untuk bangsa tertentu.  Hal ini berbeda dengan misalnya Nabi Musa dan Isa yang diutus khusus untuk bangsa Israel.

Namun peran kerasulan Nabi Muhammad (menjelaskan ayat-ayat, memutus perkara, memintakan pengampunan untuk pengikut, dll) telah berakhir seiring dengan telah wafatnya beliau.

Apa misi kerasulan yang anda bawa?

Tidak berbeda dengan rasul-rasul lain sepanjang zaman, misi saya adalah untuk menyampaikan ayat-ayat Allah dan mengajak manusia untuk memurnikan penghambaan hanya kepada-Nya.

Bagaimana awal mulanya sampai anda mendeklarasikan diri sebagai rasul?

Ceritanya dapat ditarik mundur ke pertengahan tahun 2005 ketika pada suatu malam saya mengalami semacam “induksi energi” yang sangat kuat yang membuat saya lemas satu atau dua hari.  Badan saya menggigil kedinginan meskipun udara tidak dingin.  Ada semacam cekaman rasa takut yang mengguncang, meskipun saya tidak melihat ataupun mengetahui ada ancaman yang perlu saya takuti.

Energi tersebut mengantarkan pesan bahwa saya telah dipilih Allah untuk menyampaikan ajaran ketauhidan yang sejati.  Pada tahap ini saya sudah sempat menilai bahwa apa yang saya alami adalah penunjukan saya sebagai rasul.

Beberapa bulan pun berlalu.  Saya mengevaluasi apa yang saya alami dan mulai ragu, jangan-jangan saya telah mengambil kesimpulan yang keliru.  Meskipun saya tahu bahwa jiwa saya berkata jujur, dalam kasus ini saya putuskan untuk mengambil posisi aman yaitu dengan menyangkal.  Apalagi saya pikir kalau memang benar Allah menghendaki saya menjadi rasul-Nya maka Dia pasti punya cara untuk membuat saya yakin.

Dua tahun berselang, tepatnya awal September 2007, muncul luapan kuat dari dalam dada yang mendesak saya supaya mengumumkan jati diri sebagai rasul.

Saya kemudian mengadu kepada Allah, bagaimana mungkin saya akan mengumumkan bahwa saya ini seorang rasul sedangkan keyakinan saya sendiri mengenai itu belum bulat.  Karenanya saya memohon kepada Allah untuk diberikan tanda yang akan meyakinkan saya.  Saya mohon kepada Allah untuk menjawab apakah benar saya ini rasul-Nya.

Keesokan malamnya, tanggal 13 September 2007 / 1 Ramadan 1428 di dalam tidur saya mendapatkan visi bahwa ada “sesuatu” semacam cahaya/energi berwarna hijau datang dan memenuhi rongga dada saya.  Cahaya/energi tersebut menyuarakan, “engkau adalah rasulullah, engkau adalah rasulullah,” berulang-ulang.  Dua minggu kemudian saya mendeklarasikan kerasulan saya.

Apa mukjizat yang anda miliki?

Sampai saat ini saya tidak dianugerahi mukjizat apapun.  Para rasul diutus untuk memberi peringatan kepada manusia dengan ayat-ayat Allah, bukan untuk menunjukkan suatu keajaiban.

Nabi Muhammad pun bisa dikatakan tidak memiliki suatu mukjizat dalam pengertian fenomena luar biasa yang melampaui akal manusia seperti yang ada pada Nabi Musa dan Nabi Isa.  Itulah mengapa kaum Nabi Muhammad mempertanyakannya.

“Dan berkata orang-orang yang ingkar, ‘Mengapa tidak diturunkan atasnya (Muhammad) suatu tanda (mukjizat) dari Tuannya? ...” (Quran 13:7)

Penurunan mukjizat adalah sepenuhnya kewenangan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Lalu apa alasan saya untuk mempercayai anda?

Seorang rasul dinilai bukan dari mukjizatnya, melainkan dari keterangan/penjelasan (bayyinaat) yang disampaikannya.

“Dan sungguh Kami telah membinasakan generasi-generasi sebelum kalian ketika mereka berbuat zalim, dan rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan, tetapi mereka tidak mau percaya.  Demikianlah Kami membalas kaum yang berdosa.” (Quran 10:13)

Keterangan serupa dapat kita temukan di surah 5:32, 7:101, 9:70, 10:74, 14:9, 30:47, 40:22, 40:34, 40:50, 40:83, 61:6, dan 64:6.

Pada masa lalu pun, ketika para pengikut rasulullah Saleh ditanya oleh orang-orang kafir mengenai pengetahuan mereka akan kerasulan Saleh, mereka menjawab bahwa dasar penilaian mereka adalah pada ajaran yang dibawanya.

"Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman, 'Apakah kalian tahu bahwa Saleh itu utusan dari Tuannya?' Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami percaya kepada apa yang dia diutus untuk menyampaikannya.'" (Quran 7:75)

Maka silakan pelajari penjelasan-penjelasan saya di blog ini, kemudian renungkanlah, yang saya ajarkan kesesatan atau kebenaran?  Yang saya sampaikan menyimpang dari kitabullah atau justru meluruskan hal-hal yang selama ini menyimpang?  Pernyataan-pernyataan saya didukung dalil yang meyakinkan atau tidak?  Dari situ anda dapat menyimpulkan apakah saya layak dipercaya atau tidak.

Dalam hal saya mempercayai kerasulan anda, apa yang selanjutnya harus saya lakukan?

Untuk saat ini silakan anda pahami dan amalkan apa-apa yang saya ajarkan di blog ini.  Nanti, apabila saya sudah dapat ditemui, anda dapat membaiat saya.  Isi baiat adalah ikrar untuk menjauhi dosa-dosa besar dan untuk mematuhi rasul.  Saya kemudian akan menerima baiat anda dan memohonkan ampunan Allah untuk anda.

Artikel Terkait: