14.2.09

Islam Tak Bermazhab

“Dan sesungguhnya inilah umat kalian umat yang satu, dan Aku Tuan kalian, maka takutlah kepada-Ku.’  Kemudian mereka memecah urusan mereka di antara mereka menjadi golongan-golongan.  Tiap golongan (mazhab) merasa gembira dengan apa yang ada pada mereka.  Maka tinggalkanlah mereka dalam kebodohan mereka sampai suatu waktu.” (Quran 23:52—54)

Sejak lama umat Islam didapati terpecah ke dalam banyak golongan/mazhab.  Penggolongan yang paling besar adalah antara suni di satu pihak dan syiah di lain pihak.  Suni memegang sebuah hadis yang mengatakan bahwa hanya golongannya yang akan selamat di akhirat kelak.  Syiah pun memiliki doktrin yang memaparkan keutamaan imam mereka dan para pengikutnya.

Suni yang merupakan golongan terbesar dari umat Islam dunia terpisah-pisah ke dalam empat mazhab utama, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.  Empat mazhab tersebut masing-masing menelurkan lagi cabang-cabang golongan yang tidak terkira jumlahnya.  Syiah pun terpecah ke dalam beberapa mazhab, yaitu: Ja’fariyah, Ismailiyah, dan Zaidiyah.

Tidak berbeda dengan induknya, berbagai cabang golongan yang lahir dari suni dan syiah pun masing-masingnya merasa memiliki keutamaan dibandingkan dengan golongan yang lain.

Sebenarnya mazhab adalah “barang haram” dalam Islam, karena Allah telah melarang kita berpecah-belah di dalam agama ini.

“Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kalian agama yang telah Dia wasiatkan kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, dan Musa, dan Isa, (yaitu) tegakkanlah agama, dan janganlah kalian berpecah belah di dalamnya …” (Quran 42:13)

Dalam ayat yang dikutip pada awal tulisan ini dikatakan bahwa bermazhab-mazhab adalah suatu kebodohan.  Umat yang seharusnya kompak dalam persatuan jadi terpecah-pecah.

Berbagai mazhab dan kelompok dalam Islam muncul karena umat telah meninggalkan jalan Allah, yaitu ajaran Quran, dan berpaling kepada jalan golongan-golongan dan imam-imam.  Konsekuensi perpecahan yang akan timbul dari tindakan tersebut sudah diperingatkan Allah di dalam Quran.

“Dan sungguh inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia.  Dan janganlah kalian mengikuti berbagai jalan (yang lain) yang akan menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya.  Demikianlah Dia mewasiatkan kepada kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Quran 6:153)

Ironisnya, umat Islam sekarang ini justru mengukuhkan keberadaan mazhab-mazhab dengan beranggapan bahwa seorang muslim harus menganut mazhab tertentu.  Telah sedemikian tersesatnya umat sampai-sampai hal yang dilarang Allah malah dianggap sebagai norma standar.

Mereka yang hendak menapaki jalan yang lurus mesti menafikan mazhab-mazhab dan menghilangkan fanatismenya terhadap “imam” tertentu, untuk kemudian kembali ke sumber ajaran yang satu yaitu Quran.  Jangan pernah mengidentifikasi diri kita sebagai pengikut ajaran “imam” tertentu, melainkan selalu camkan bahwa kita adalah pengikut ajaran Allah.

Kita boleh saja mengikuti pendapat seorang ulama, namun perlu diingat bahwa pendapat mereka tetaplah hanya sebuah pendapat yang belum tentu selalu benar.  Apabila ada persoalan agama yang membutuhkan penjelasan di saat rasul telah tiada, ikutilah penjelasan yang dalilnya paling meyakinkan, dari siapapun datangnya penjelasan tersebut tanpa harus terpaku pada golongan atau orang tertentu.  Dengan sikap yang cair seperti itu, insya Allah kita akan terhindar dari berpecah ke dalam mazhab-mazhab.

"(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang berakal." (Quran 39:18)

(Terakhir diperbarui: 12 Maret 2019)

Baca juga: Berpegang Teguh Pada Dua Perkara

Share on Facebook

Artikel Terkait: