14.2.07

Ajaran Bibel dalam Islam (Bagian-2)

6. Seruan “Amin”

Seruan “amin” sebagaimana yang kerap bergema di masjid-masjid setiap kali imam selesai membaca surah al-Fatihah maupun selesai berdoa adalah bagian dari tradisi Yahudi-Nasrani.

Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, … (Neh. 8:7)

Seruan yang juga digaungkan di sinagog-sinagog dan gereja-gereja itu tidak pernah disyariatkan di dalam Quran.  Ucapan penutup doa yang diajarkan Allah di dalam Quran adalah “alhamdulillahi rabbil ’aalamiin.”

“… Dan akhir seruan (doa) mereka, ‘Pujian bagi Allah, Tuan seluruh alam.” (Quran 10:10)

7. Pengharaman Burung dan Katak 

Kita pernah mendengar bahwa burung berkuku tajam seperti elang, dan katak haram dimakan.  Berikut ini pasal Bibel yang menjadi acuan awal ketentuan tersebut:

Inilah yang harus kamu jijikkan dari burung-burung, janganlah dimakan, karena semuanya itu adalah kejijikan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; (Im. 11:13)

Inilah yang haram bagimu di antara segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan katak menurut jenisnya (Im. 11:29)

Ajaran Islam sejatinya tidak pernah mengharamkan burung berkuku tajam maupun katak.  Apa-apa saja yang diharamkan oleh Allah telah diperincikan di dalam sebelas kategori berikut ini:

“Dan janganlah kalian memakan dari apa (hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah padanya ...” (Quran 6:121)

“Diharamkan atas kalian bangkai, dan darah, dan daging babi, dan apa (hewan) yang (ketika disembelih) dilafalkan untuk selain Allah, dan yang tercekik, dan yang dipukul, dan yang jatuh, dan yang ditanduk, dan yang dimangsa binatang buas kecuali kalian telah (sempat) menyembelihnya, dan yang disembelih di atas altar …” (Quran 5:3)

Tidak ada wewenang bagi siapapun untuk mendalilkan halal dan haram di luar dari apa yang telah ditetapkan Allah itu.

“Katakanlah, ‘sudahkah kalian pikirkan rezeki yang telah diturunkan Allah untuk kalian, lalu kalian jadikan sebagiannya haram, dan (sebagiannya) halal’?  Katakanlah, ‘Apakah Allah telah mengizinkan kepada kalian, atau kalian mengada-ada saja atas (nama) Allah?” (Quran 10:59)

8. Larangan Membuat Patung Makhluk Hidup

Umat Islam menganggap bahwa membuat lukisan atau patung makhluk hidup tidak boleh dilakukan.  Larangan demikian sesungguhnya adalah berasal dari Bibel.

Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang dan yang mendirikannya dengan sembunyi. (Ul. 27:15)

supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan; yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara, atau berbentuk binatang yang merayap di bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi; (Ul. 4:16-18)

Quran tidak pernah menetapkan larangan untuk membuat patung-patung, meski tetap perlu ditegaskan di sini bahwa manusia dilarang menyembah patung/berhala.

Bukan saja tidak melarang seni pahat maupun seni patung, malahan Quran mengisahkan bahwa salah seorang nabi, yaitu Sulaiman, telah memerintahkan para jin untuk mendirikan patung-patung untuknya.

“Mereka mengerjakan untuknya apa-apa yang dia kehendaki – mihrab-mihrab, dan patung-patung, dan piring-piring seperti kolam, dan periuk-periuk yang tetap ...” (Quran 34:13)

9. Persepuluhan dalam Zakat

Ajaran yang diterangkan oleh para ulama menguraikan adanya bermacam-macam perhitungan dalam fikih zakat.  Untuk hasil ladang ditetapkan bahwa zakatnya adalah sepersepuluh.

“Pada biji yang diairi dengan air sungai dan hujan, zakatnya sepersepuluh; dan yang diairi dengan kincir ditarik oleh binatang, zakatnya seperduapuluh” 

Ketentuan tentang persepuluhan akan kita jumpai padanannya di dalam Bibel.

Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. (Im. 27:30)

Ketentuan zakat di dalam Quran tidak mengenal sistem kalkulasi “jatah” sepersekian.  Zakat dikeluarkan baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit, dan kadarnya terpulang kepada keadaan dan kerelaan masing-masing.

10. Kebencian Kepada Ular

Bibel mengumumkan permusuhan manusia dengan ular dikarenakan ular telah menggoda istri Adam di surga.  Kisah di dalam Bibel ini berbeda dengan kisah di dalam Quran yang mengatakan bahwa Adam-lah (bukan istrinya) yang digoda oleh setan (bukan oleh ular) sehingga mendekati pohon terlarang.

Berikut petikan Bibel tentang kejadian tersebut:

“Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: 'Apakah yang telah kau perbuat ini?' Jawab perempuan itu: 'Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.'  (Kej. 3:13)

Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: 'Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu. (Kej. 3:14)

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.'” (Kej. 3:15)

Permusuhan dengan ular sebagaimana terdapat pada Bibel diteruskan kepada umat Islam melalui sebuah “hadis sahih.”

“Bunuhlah ular dan bunuhlah yang bersiring dua dan yang pontong ekor, karena sesungguhnya keduanya merusak penglihatan dan menggugurkan kandungan.” (Terjemah Hadits Shahih Bukhari Jilid III No. 1459)

Bila kita menelusuri Quran maka tidak akan ditemukan satu ayat pun yang memiliki nada permusuhan dengan ular sebagaimana petikan pasal Bibel maupun hadis di atas.  Sebaliknya, kitab Allah terakhir itu berkali-kali memesankan manusia agar tidak merusak di bumi.

Ditinjau dari sudut ekologi, tindakan membasmi satu mata rantai makanan akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem.  Pada gilirannya keadaan yang tidak seimbang tersebut akan mengakibatkan kerusakan.

Sebagaimana kita ketahui, secara alami ular adalah predator bagi beberapa binatang lain seperti tikus dan babi hutan.  Pembantaian ular akan mengakibatkan beratnya pengendalian terhadap populasi tikus dan babi hutan yang pada gilirannya akan merugikan manusia sendiri karena tikus dan babi hutan adalah hama bagi pertanian.

Dari sisi moral, manusia sebagai makhluk yang telah dipercayai Allah untuk mengelola bumi sudah seharusnya melindungi makhluk Allah yang lain, bukan malah membinasakannya tanpa alasan.

11. Doktrin Bahwa Manusia Diciptakan dalam Citra Tuhan 

Paham bahwa manusia diciptakan dalam citra Tuhan terutama terpelihara di kalangan tasawuf.  Paham yang sebenarnya berakar dari Bibel ini oleh para penganut sufistik dikemukakan untuk menunjukkan betapa tingginya derajat ciptaan Tuhan yang bernama manusia, sampai-sampai Tuhan menciptakannya dalam citra-Nya sendiri.

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kej. 27)

Konsekuensi logis yang tidak dapat dihindari dari keyakinan bahwa manusia diciptakan dalam citra Tuhan adalah, sebuah kesimpulan bahwa wujud Tuhan itu kurang lebih sama dengan wujud manusia.

Kesimpulan tersebut mungkin tidak mengejutkan bagi kalangan Nasrani yang menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan.  Namun dalam sudut pandang ajaran yang lurus, kesimpulan demikian sama sekali tidak dapat diterima.  Tuhan menolak kemungkinan adanya kesamaan antara makhluk dengan diri-Nya.

“... Tidak ada yang seumpama (dengan) Dia sesuatu apapun ...” (Quran 42:11)

Kembali ke Quran

Sebagaimana yang telah disinggung pada awal tulisan, ajaran-ajaran Bibel masuk ke tengah-tengah umat Islam melalui kitab-kitab hadis.  Allah melalui ayat-ayat-Nya telah membantah keabsahan hadis-hadis selain Quran.  Apa yang kini dikenal sebagai hadis sesungguhnya adalah dusta yang mengatasnamakan Nabi Muhammad.

Allah telah mengingatkan Nabi Muhammad bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani belum akan merasa puas sebelum beliau mengikuti paham mereka.  Nabi Muhammad dan kitab Quran yang beliau bawa telah terpelihara dari segala upaya mereka.  Namun rupanya kedengkian mereka masih berlanjut, dan akhirnya generasi-generasi setelah beliau berhasil mereka sesatkan sebagaimana terbukti dari sebelas doktrin Bibel yang diuraikan di sini.

“Dan tidak akan rida kepada engkau orang-orang Yahudi dan tidak (pula) orang-orang Nasrani, sehingga engkau mengikuti keyakinan mereka ...” (Quran 2:120)

Kitab-kitab suci sebelum Quran memang harus kita percaya.  Tapi ingat bahwa ajaran kitab-kitab suci terdahulu hanya dapat diterima sepanjang isinya dikonfirmasi oleh Quran.  Adapun doktrin-doktrin Bibel yang diuraikan di sini, tidak satu pun yang mendapat pengesahan dari Quran.

Allah telah menjaga Quran dari upaya orang-orang yang ingin menyisipkan kesesatan padanya.  Namun ironisnya umat Islam malah berpaling dari Quran dan mengikuti ajaran-ajaran yang kesahihannya tidak diakui Quran.  Akhirnya terjadilah orang-orang mengaku beragama Islam, namun namun dalam kenyataannya mempraktikkan doktrin Yahudi-Nasrani.

(Terakhir diperbarui: 28 Maret 2022)

Baca juga: Ke(tidak)benaran Hadis

Share on Facebook

Artikel Terkait: