11.2.11

Tuhan Hanya Menurunkan Satu Agama

Agama yang diturunkan Tuhan hanya satu, yaitu Islam.
 
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.  Dan tidak berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah sampai pengetahuan kepada mereka karena kedengkian di antara mereka.  Dan barang siapa yang mengingkari ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah cepat perhitungan-Nya.” (Quran 3:19)
 
Mestinya, agama yang satu tentu akan membuahkan umat yang satu juga.  Namun kenyataannya hari ini kita mendapati bahwa pemeluk “agama langit” telah terbagi menjadi tiga golongan: Yahudi, Nasrani, dan Islam.
 
Munculnya penggolongan antara Yahudi dan Nasrani dipicu oleh penolakan sebagian besar kaum Yahudi terhadap kenabian Isa dan kitab Injil yang Allah turunkan bersamanya.  Perbedaan keyakinan yang dianut oleh orang-orang Yahudi yang mengikuti Nabi Isa menuntut sebuah identitas baru yang berbeda pula.  Maka muncullah sebutan “Nasrani” untuk mereka.
 
Pola yang sama terulang pada kemunculan Nabi Muhammad.  Kembali terjadi pemilahan antara orang yang mengakui kenabian yang hadir dan yang menolaknya.  Selanjutnya, pengikut Nabi Muhammad akan diidentifikasi sebagai umat yang berbeda lagi dari umat yang telah lebih dulu ada.
 
Maka, setelah sebelumnya kehadiran Isa memunculkan kubu Yahudi-Nasrani, kehadiran Muhammad menambah satu kubu lagi di dalam rumpun keturunan Ibrahim menjadi: Yahudi-Nasrani-Islam.
 
Jadi pada dasarnya Allah tidak menciptakan banyak agama.  Manusia sendirilah yang melahirkan pecahan-pecahan dalam agama dengan mengingkari nabi yang diutus beserta kitab yang diturunkan Allah bersamanya dari masa ke masa.
 
Jika saja ketika Nabi Isa dengan kitab Injilnya hadir seluruh orang Israel mempercayainya; dan ketika Nabi Muhammad diutus segenap manusia mengimaninya dan berhakim kepada kitab Quran yang diturunkan bersamanya, tentunya manusia akan tetap satu umat.
 
“Manusia itu adalah umat yang satu, kemudian Allah membangkitkan nabi-nabi (sebagai) pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Dia turunkan bersama mereka kitab dengan kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang apa yang mereka perselisihkan.  Dan tidak ada yang berselisih tentangnya kecuali orang-orang yang telah diberi ia (kitab) setelah keterangan-keterangan sampai kepada mereka karena kedengkian di antara mereka.  Kemudian dengan izin-Nya, Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan.  Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” (Quran 2:213)
 
Kembali ke pernyataan bahwa agama yang diturunkan Allah hanyalah Islam, tentulah pertanyaannya bagaimana dengan “Yahudi” dan “Nasrani” yang dikaitkan dengan Nabi Musa dan Nabi Isa, bukankah itu nama agama?
 
“Yahudi” dan “Nasrani” memang kita kenal sebagai nama bagi dua agama yang masing-masingnya dikaitkan dengan Nabi Musa dan Nabi Isa.  Kita tidak mengenal sebutan “Islam” bagi agama yang dibawa oleh kedua orang nabi tersebut.
 
Mengenai hal ini, kita perlu menelusuri latar belakang munculnya penamaan “Yahudi” dan “Nasrani” itu sendiri.
 
Kata “Yahudi” diambil dari nama salah seorang putra Nabi Yakub, yaitu Yehuda, yang merupakan abang dari Nabi Yusuf.  Jadi “Yahudi” itu pada mulanya mengacu kepada sebuah garis keturunan (suku) yang kepada mereka di kemudian hari Allah mengutus Nabi Musa.
 
Istilah “Nasrani” pun aslinya tidak secara langsung mengacu kepada sebuah agama.  Kata “Nasrani” diambil dari nama kota asal Nabi Isa, yaitu “Nazaret.”  Pada masa itu beliau lebih dikenal oleh orang banyak sebagai “Isa dari Nazaret.”
 
Mungkin karena kurang tersosialisasinya “nama sejati” dari agama yang diajarkan oleh kedua orang nabi tersebut, akhirnya agama yang mereka bawa lebih dikenal dengan sebutan yang muncul secara alami di masyarakat.  Agama yang dianut suku Yehuda berdasarkan ajaran Nabi Musa disebut sebagai agama “Yahudi,” dan agama yang dibawa oleh Nabi Isa yang orang Nazaret itu disebut sebagai agama “Nasrani.”
 
Fenomena penamaan seperti yang demikian tentu tidak asing bagi kita.  Terkadang ada toko yang nama sebenarnya misalkan toko “Laris” namun karena warna bangunannya yang kuning mencolok dinamai oleh orang-orang sebagai toko “Kuning.”  Karena penyebutan toko “Kuning” ini yang lebih memasyarakat, lama kelamaan orang-orang hanya mengenalnya sebagai toko “Kuning” tanpa tahu lagi bahwa nama asli toko tersebut adalah toko “Laris.”
 
Jadi, “Yahudi” dan “Nasrani” adalah “nama sosiologis” yang tercipta dari penyebutan oleh masyarakat, dan bukan “nama sejati” dari agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa.  Seperti yang sudah disinggung, nama bagi agama yang dibawa oleh semua nabi—termasuk Musa dan Isa—adalah “Islam.”  Dan atas kehendak Allah, ajaran agama yang dibawa oleh nabi terakhir—Muhammad—kembali dikenal dengan nama sejati yang diberikan Allah bagi agama-Nya.
 
Setelah diketahui dengan jelas hakikat dari ke-esa-an agama Allah—yang dinamakan “Islam” itu, lalu bagaimana manusia harus menyikapinya di tengah realitas agama-agama yang ada?
 
Pilihan yang terbaik adalah masuk ke dalam agama Allah, yaitu Islam, dengan sepenuhnya.  Ajaran Islam, dengan Quran sebagai kitab pamungkasnya, tidak saja memberi bimbingan yang lurus akan prinsip peng-esa-an Tuhan, akan tetapi juga menyediakan sebuah pedoman hidup yang benar.
 
Kepada mereka yang tidak masuk ke dalam Islam, Allah masih membuka jalan keselamatan sepanjang mereka masih mengindahkan prinsip keimanan yang utama, yaitu percaya kepada Allah (termasuk kepada rasul-rasul yang diutus-Nya dan kitab-kitab yang diturunkan-Nya) tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, percaya kepada hari akhir, dan menyertai imannya tersebut dengan tindakan nyata berupa kerja-kerja kebaikan.
 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja yang percaya kepada Allah dan hari akhir, dan mengerjakan kebaikan, maka bagi mereka imbalan di sisi Tuan mereka, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” (Quran 2:62)
 
“Dan sesungguhnya di antara orang kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian, dan yang diturunkan kepada mereka … Bagi mereka itu imbalan di sisi Tuan mereka. Sesungguhnya Allah cepat perhitungan-Nya.” (Quran 3:199)  

(Terakhir diperbarui: 17 Maret 2019)

Share on Facebook

Artikel Terkait: