Halaman

13.5.22

Amalan Tasbih

Tasbih bermakna mengagungkan/ menyucikan Allah.  ”Menyucikan” di sini bukan artinya menjadikan suci, melainkan menganggap suci.

Di dalam Quran diceritakan bahwa guruh, para malaikat, gunung-gunung, burung-burung, tujuh langit dan bumi serta semua isinya bertasbih kepada Allah.
 
Kewajiban Bertasbih
Orang-orang beriman pun diperintahkan Allah untuk bertasbih sebagai sebuah amalan yang harus ditunaikan.  Kewajiban untuk melakukan amalan tasbih ini sama wajibnya dengan amalan-amalan lain seperti shalat dan puasa.
 
”Dan agungkanlah Dia pada awal pagi dan petang.” (Quran 33:42)

Ucapan Tasbih
Kalimat tasbih yang kerap diperintahkan di dalam Quran adalah berupa pujian kepada Allah.
 
”… dan bertasbihlah dengan memuji Tuanmu pada petang dan awal pagi.” (Quran 40:55)
 
Bunyi pujian kepada Allah itu adalah, “alhamdulillahi rabbil ‘alamiin” (segala puji bagi Allah, Tuan seluruh alam).  Kalimat tersebut sama dengan tasbih para malaikat di sekeliling singgasana Allah.
 
”Dan engkau akan melihat para malaikat berkeliling di sekitar singgasana, bertasbih dengan memuji Tuan mereka; dan diberi putusan di antara mereka dengan benar; dan dikatakan, ’Segala puji bagi Allah, Tuan seluruh alam.’” (Quran 39:75)
 
Kalimat lain yang dapat digunakan untuk bertasbih adalah, “subhanallah” (agungnya/sucinya Allah).
 
”... Sucinya Allah! Dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik." (Quran 12:108) 

Pagi dan Sore
Sebagaimana terbaca pada ayat yang telah dikutip sebelumnya, amalan tasbih dilakukan pada awal pagi dan pada sore hari sebelum terbenam matahari.
 
Kalimat tasbih kita ulang-ulang yang banyak, sebagaimana pelajaran yang dapat kita petik dari doa Nabi Musa kepada Allah. 
 
”agar kami banyak bertasbih kepada-Mu” (Quran 20:33)
 
Naik Kendaraan
Selain pagi dan sore, kita juga diajarkan untuk bertasbih ketika naik kendaraan.  Kita mengagungkan Allah yang telah memberi karunia kepada kita sehingga bisa menguasai kendaraan yang kekuatannya lebih besar daripada kita itu.
 
”Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan, dan menjadikan untuk kalian kapal dan hewan ternak yang kalian tunggangi.  Supaya kalian duduk di atas punggungnya, kemudian mengingat nikmat Tuan kalian apabila kalian telah duduk di atasnya, dan berkata, ’Agungnya (Allah) yang telah menundukkan ini untuk kami, sedangkan kami tidak sanggup menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuan kami.’” (Quran 43:12-14)

Kisah Nabi Yunus
Kisah Nabi Yunus yang pergi dalam keadaan marah meninggalkan kaumnya dan kemudian ditelan ikan, mengandung hikmah berkaitan dengan amalan tasbih.  Allah katakan bahwa kalaulah Nabi Yunus tidak banyak bertasbih ketika berada di dalam perut ikan itu, maka beliau akan tetap tinggal di sana sampai hari Kiamat.
 
”Kemudian dia ditelan ikan, dan dia tercela.  Maka kalau saja dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih, niscaya dia akan tinggal di dalam perutnya sampai hari Berbangkit.” (Quran 37:142-144)
 
Tasbih yang diucapkan oleh Nabi Yunus ketika berada di dalam perut ikan itu adalah, ”Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minazhaalimiin” (tidak ada tuhan selain Engkau, agungnya Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim) (lihat surah 21:87).
 
Tasbih Nabi
Di samping ketentuan tasbih yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa perintah tasbih lagi di dalam Quran yang ditujukan untuk diamalkan oleh Nabi, yaitu: pada waktu fajar (surah 50:39), pada waktu malam (surah 20:130, 76:26), dan ketika bangkit (surah 52:48).
 
Orang-orang beriman boleh ikut mengamalkannya, namun hukumnya tidak wajib.