Kematian
Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Saat kematian itu telah ditetapkan oleh Allah, dan pada waktunya ia akan mendatangi kita di manapun berada. Benteng yang tinggi dan kukuh sekalipun tidak akan dapat menghalangi kehadiran sang maut.
Ketika waktunya tiba, Allah mengutus malaikat untuk menarik nyawa kita keluar dari badan. Bagi orang-orang yang ingkar, pencabutan nyawa itu adalah penderitaan yang harus ditanggung. Diceritakan di dalam Quran bahwa malaikat memukul wajah dan punggung orang-orang yang ingkar ketika mengeluarkan nyawa mereka.
“Dan kalau kamu melihat ketika para malaikat mewafatkan orang-orang kafir (sambil) memukul wajah dan punggung mereka dan (berkata), ‘Rasakanlah azab yang membakar!’” (Quran 8:50)
Alam Barzakh
Setelah mati, jiwa kita meninggalkan dunia ini menuju sebuah dimensi yang disebut alam barzakh. Ia adalah tempat penantian menjelang hari Berbangkit. Barzakh berarti dinding. Di alam barzakh ini kita terdinding dari kesempatan untuk berbalik ke dunia.
Apabila semasa hidup di dunia kita lalai dari mengerjakan kebaikan, di alam barzakh hal itu akan menjadi sesalan tanpa guna. Tidak ada kesempatan lagi untuk menunaikannya.
“Hingga apabila kematian itu datang kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Tuanku, kembalikanlah aku, supaya aku mengerjakan kebaikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah kata-kata yang diucapkannya (saja). Dan di belakang mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” (Quran 23:99-100)
Kebangkitan
Ketika tiba waktunya, seluruh manusia dibangkitkan dari kuburnya. Tubuh yang telah mati dan terurai dihidupkan Allah utuh kembali. Kebangkitan tersebut dirasakan seperti baru bangun dari tidur saja.
“Mereka berkata, ‘Wahai celakalah kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami? Inilah yang dijanjikan Yang Pengasih itu, dan benarlah rasul-rasul itu.” (Quran 36:52)
Pada tahap kehidupan kembali ini kita akan dibalas seadil-adilnya atas segala apa yang telah kita kerjakan di dunia. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan akan diganjar dengan kebahagiaan, sebaliknya orang-orang yang ingkar dan banyak berbuat dosa akan dibalas dengan siksaan.
“Hari ini setiap jiwa akan dibalas dengan apa yang telah dia usahakan. Tidak ada ketidakadilan pada hari ini. Sesungguhnya Allah cepat perhitungan-Nya.” (Quran 40:17)
Apakah logis manusia yang sudah mati bahkan tulang belulangnya pun telah hancur terurai dapat dibangkitkan hidup kembali utuh seperti sedia kala?
Mari lihat diri kita. Kita adalah makhluk hidup berjenis manusia. Dulu, kita hanyalah setetes mani yang terpancar ketika ayah mendatangi ibu. Mani itu berasal dari saripati makanan, dan makanan itu berasal dari saripati tanah. Dari setetes mani yang benda mati tersebut akhirnya hadirlah diri kita yang hidup ini.
Allah yang telah menciptakan kita. Bukan ayah dan ibu. Mereka tidak punya daya untuk memastikan terjadinya pembuahan antara sel sperma dengan sel telur; mereka tidak dapat menentukan agar kita terlahir tanpa cacat; mereka pun tidak bisa campur tangan menetapkan jenis kelamin kita.
Mari lihat lingkungan kita. Petani menabur benih padi yang mati ke sebidang tanah yang juga mati. Tanah tersebut kemudian disirami air yang juga mati. Dengan kekuasaan Allah bangkitlah di lahan tersebut makhluk hidup bernama batang padi. Bila Allah kehendaki, batang padi itu bisa saja tidak tumbuh sama sekali.
Adalah kemudian logis kalau dikatakan bahwa Dia yang telah mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dapat pula membangkitkan manusia yang sudah mati hidup kembali.
“... 'Yang akan menghidupkannya ialah yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui setiap makhluk.'” (Quran 36:79)
(Terakhir diperbarui: 16 September 2008)
Share on Facebook
Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Saat kematian itu telah ditetapkan oleh Allah, dan pada waktunya ia akan mendatangi kita di manapun berada. Benteng yang tinggi dan kukuh sekalipun tidak akan dapat menghalangi kehadiran sang maut.
Ketika waktunya tiba, Allah mengutus malaikat untuk menarik nyawa kita keluar dari badan. Bagi orang-orang yang ingkar, pencabutan nyawa itu adalah penderitaan yang harus ditanggung. Diceritakan di dalam Quran bahwa malaikat memukul wajah dan punggung orang-orang yang ingkar ketika mengeluarkan nyawa mereka.
“Dan kalau kamu melihat ketika para malaikat mewafatkan orang-orang kafir (sambil) memukul wajah dan punggung mereka dan (berkata), ‘Rasakanlah azab yang membakar!’” (Quran 8:50)
Alam Barzakh
Setelah mati, jiwa kita meninggalkan dunia ini menuju sebuah dimensi yang disebut alam barzakh. Ia adalah tempat penantian menjelang hari Berbangkit. Barzakh berarti dinding. Di alam barzakh ini kita terdinding dari kesempatan untuk berbalik ke dunia.
Apabila semasa hidup di dunia kita lalai dari mengerjakan kebaikan, di alam barzakh hal itu akan menjadi sesalan tanpa guna. Tidak ada kesempatan lagi untuk menunaikannya.
“Hingga apabila kematian itu datang kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Tuanku, kembalikanlah aku, supaya aku mengerjakan kebaikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah kata-kata yang diucapkannya (saja). Dan di belakang mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” (Quran 23:99-100)
Kebangkitan
Ketika tiba waktunya, seluruh manusia dibangkitkan dari kuburnya. Tubuh yang telah mati dan terurai dihidupkan Allah utuh kembali. Kebangkitan tersebut dirasakan seperti baru bangun dari tidur saja.
“Mereka berkata, ‘Wahai celakalah kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami? Inilah yang dijanjikan Yang Pengasih itu, dan benarlah rasul-rasul itu.” (Quran 36:52)
Pada tahap kehidupan kembali ini kita akan dibalas seadil-adilnya atas segala apa yang telah kita kerjakan di dunia. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan akan diganjar dengan kebahagiaan, sebaliknya orang-orang yang ingkar dan banyak berbuat dosa akan dibalas dengan siksaan.
“Hari ini setiap jiwa akan dibalas dengan apa yang telah dia usahakan. Tidak ada ketidakadilan pada hari ini. Sesungguhnya Allah cepat perhitungan-Nya.” (Quran 40:17)
Apakah logis manusia yang sudah mati bahkan tulang belulangnya pun telah hancur terurai dapat dibangkitkan hidup kembali utuh seperti sedia kala?
Mari lihat diri kita. Kita adalah makhluk hidup berjenis manusia. Dulu, kita hanyalah setetes mani yang terpancar ketika ayah mendatangi ibu. Mani itu berasal dari saripati makanan, dan makanan itu berasal dari saripati tanah. Dari setetes mani yang benda mati tersebut akhirnya hadirlah diri kita yang hidup ini.
Allah yang telah menciptakan kita. Bukan ayah dan ibu. Mereka tidak punya daya untuk memastikan terjadinya pembuahan antara sel sperma dengan sel telur; mereka tidak dapat menentukan agar kita terlahir tanpa cacat; mereka pun tidak bisa campur tangan menetapkan jenis kelamin kita.
Mari lihat lingkungan kita. Petani menabur benih padi yang mati ke sebidang tanah yang juga mati. Tanah tersebut kemudian disirami air yang juga mati. Dengan kekuasaan Allah bangkitlah di lahan tersebut makhluk hidup bernama batang padi. Bila Allah kehendaki, batang padi itu bisa saja tidak tumbuh sama sekali.
Adalah kemudian logis kalau dikatakan bahwa Dia yang telah mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dapat pula membangkitkan manusia yang sudah mati hidup kembali.
“... 'Yang akan menghidupkannya ialah yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui setiap makhluk.'” (Quran 36:79)
(Terakhir diperbarui: 16 September 2008)
Share on Facebook