8.10.07

Perbedaan Nabi dan Rasul

Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus 
Terdapat kemiripan uraian terkait nabi dan rasul di dalam ayat-ayat Quran. Untuk dapat memahami dengan baik perbedaan antara keduanya, kita perlu mengetahui lebih dulu mana yang bersifat lebih umum dan mana yang sifatnya lebih khusus di antara nabi dan rasul.

Selama ini kita mendapat pemahaman yang keliru tentang perbedaan antara nabi dan rasul. Kita diajarkan bahwa rasul itu sudah pasti nabi, tapi nabi belum tentu rasul. Dan karena tidak akan ada lagi nabi setelah nabi Muhammad, maka otomatis tidak akan ada lagi rasul.

Pemahaman tersebut menganggap bahwa nabi sifatnya lebih umum, sedangkan rasul lebih khusus.

Dari pola penyebutannya di dalam Quran, sebenarnya kita bisa melihat mana yang umum dan mana yang khusus di antara nabi dan rasul.

Terdapat beberapa contoh penyebutan kata berpola umum-khusus di dalam Quran. Pada surah 19:41 dan 19:56 ada ungkapan "shiddiqan nabiyyan" (orang benar yang nabi). Disebut seperti itu karena tidak semua orang benar itu nabi, tapi nabi sudah pasti orang benar. Dalam hal ini orang benar bersifat lebih umum, sedangkan nabi sifatnya lebih khusus.

Contoh lain adalah "basyaran rasuulan" (manusia yang rasul) di surah 17:93. Disebut seperti itu karena tidak semua manusia itu rasul, tapi rasul (di kalangan manusia) sudah pasti manusia.

Manusia: umum (belum tentu rasul)
Rasul: khusus (sudah pasti manusia)

Yang umum belum tentu tercakup dalam yang khusus, tapi yang khusus sudah pasti tercakup dalam yang umum.

Adapun untuk penyebutan nabi dan rasul, kita menemukan istilah "rasuulan nabiyyan" (rasul yang nabi) di surah 19:51 dan 19:54. Dari pola penyebutan seperti itu bisa disimpulkan bahwa,
Rasul: umum (belum tentu nabi)
Nabi: khusus (sudah pasti rasul)

Maka tertutupnya kenabian tidak otomatis menutup kerasulan. Masih ada kemungkinan bahwa Allah akan mengutus rasul yang bukan nabi.

Perbedaan Nabi dan Rasul 
Lalu apa sebenarnya perbedaan antara nabi dan rasul?

Rasul adalah orang yang diutus Allah untuk menyampaikan ayat-ayat-Nya.

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya ..." (Quran 3:164)

Nabi adalah orang yang diberi kitab oleh Allah. Para nabi pun menyampaikan kitab yang diberikan Allah itu kepada manusia. Maka sebagaimana kesimpulan kita sebelumnya, setiap nabi adalah rasul.

“Manusia adalah umat yang satu, kemudian Allah membangkitkan nabi-nabi sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Dia turunkan bersama mereka kitab dengan kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia dalam apa yang mereka perselisihkan ....” (Quran 2:213)

Jadi, nabi dan rasul itu sama-sama penyampai ayat-ayat Allah. Bedanya, nabi memperoleh kitab untuk dia sampaikan; sedangkan rasul (yang bukan nabi) tidak memperoleh kitab sendiri, dia menyampaikan kitab yang telah ada sebelumnya.

Rasul Setelah Nabi Muhammad 
Masih akan adanya rasul setelah Nabi Muhammad telah diindikasikan oleh ayat-ayat Quran.

Diceritakan bahwa Allah telah mengambil janji dari para nabi yang isi pokoknya adalah bahwa para nabi itu akan mengimani dan menolong rasul yang akan datang setelah mereka.

"Dan ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, 'Bahwa Aku memberi kalian kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang bersama kalian ..." (Quran 3:81)

Melalui ayat lain kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad termasuk salah seorang nabi yang terikat oleh perjanjian tersebut. Artinya, setelah Nabi Muhammad masih akan datang lagi seorang rasul.

"Dan ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (Muhammad), dan dari Nuh, dan Ibrahim, dan Musa, dan Isa putra Maryam; dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh" (Quran 33:7)

(Terakhir diperbarui: 10 Nov 2021)

Baca juga: Tentang Kerasulan Sakti A.S.

Share on Facebook

Artikel Terkait: