24.8.06

Syirik

Salah satu ajaran yang paling inti di dalam Islam adalah: Jangan mempersekutukan sesuatu dengan Allah.  Mempersekutukan sesuatu dengan Allah merupakan dosa yang tidak terampuni, dan pelakunya akan kekal di neraka.
 
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bahwa sesuatu dipersekutukan dengan Dia, dan Dia mengampuni (dosa) apa yang selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki ...” (Quran 4:116)
 
“... Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan surga baginya, dan tempat tinggalnya adalah neraka ...” (Quran 5:72)

Kriteria Syirik

Mempersekutukan Allah (syirik) adalah segala perbuatan yang menganggap adanya padanan atau sekutu/rekan bagi Allah, baik dalam hal kedudukan ataupun dalam hal kewenangan.
 
Maka syirik itu tidak terbatas pada menganggap adanya tuhan selain Allah saja.  Kepatuhan kepada selain Allah yang mengalahkan kepatuhan kepada-Nya pun termasuk perbuatan syirik, karena berarti kita telah menyetarakan yang selain Allah itu dengan Dia.  Begitu pun kalau kita menganggap seakan-akan Allah berbagi kewenangan dengan yang selain Dia.
 
Sesuatu yang dianggap sebagai padanan atau sekutu/rekan bagi Allah itu bisa berupa berhala, jin, maupun nabi dan pemuka agama.
 
Berikut beberapa contoh wujud perbuatan syirik yang diceritakan di dalam Quran:
 
1. Menyembah Berhala
 
Ini mungkin bisa dikatakan sebagai bentuk “klasik” dari kemusyrikan.  Segolongan manusia menyembah patung-patung yang mereka anggap sebagai dewa atau representasi Tuhan.
 
“Dan ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, ‘Apakah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai sembahan-sembahan?  Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata’.” (Quran 6:74)
 
Adakalanya berhala-berhala itu oleh pemujanya dianggap sebagai medium/perantara yang akan mendekatkan mereka kepada Allah, atau sebagai pemberi syafaat bagi mereka di sisi Allah.
 
“Maka mengapa sembahan-sembahan yang mereka ambil selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak menolong mereka?  Bahkan (sembahan-sembahan itu) telah lenyap dari mereka, dan itulah kebohongan mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Quran 46:28)
 
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bahaya kepada mereka dan tidak (pula) dapat memberi manfaat kepada mereka, dan mereka berkata, ‘Mereka itu pemberi syafaat kami di sisi Allah’...” (Quran 10:18)
 
2. Menyembah Jin
 
Bentuk penyembahan yang cukup umum ditemui adalah dengan melakukan apa yang disuruh oleh jin/setan (biasanya berupa kemungkaran) demi memperoleh ganjaran tertentu, atau memberikan persembahan kepada jin demi mengharapkan suatu keberhasilan.
 
“Dan mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu (dari) jin, padahal Dia yang telah menciptakan mereka (jin-jin itu) ...” (Quran 6:100 [lihat juga 34:41])
 
3. Menuhankan Nabi atau Pemuka Agama
 
Disebutkan di dalam Quran bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani mempertuan pemuka agama mereka sampai pada derajat yang masuk ke dalam kategori menyekutukan Allah.  Misalnya dengan mematuhi ajaran-ajaran para pemuka agama tersebut meskipun hal itu  menyelisihi apa yang disyariatkan Allah, maupun dengan menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan.
 
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuan-tuan selain Allah, dan (juga) Almasih putra Maryam.  Padahal mereka tidak diperintah kecuali untuk menghamba kepada Tuhan yang satu; tidak ada tuhan selain Dia.  Agunglah Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (Quran 9:31)
 
Tidak berbeda dengan apa yang terjadi pada orang-orang Yahudi dan Nasrani, umumnya umat Islam beragama dengan mempedomani ajaran para ”imam," meskipun sebagian dari ajaran tersebut tidak ada pijakannya di dalam Quran.  Dalam hal ini umat telah berlaku syirik karena menganggap ada yang berwenang menetapkan syariat agama selain Allah. 
 
”Ataukah mereka mempunyai sekutu-sekutu (bagi Allah) yang menetapkan bagi mereka aturan agama yang Allah tidak pernah izinkan? Dan sekiranya tidak ada kata putus (yang telah ditetapkan) tentulah telah diputuskan di antara mereka.  Dan sesungguhnya bagi orang-orang zalim itu  azab yang pedih.” (Quran 42:21)

Ada pula yang mengkultuskan syekh tertentu dan meyakini bahwa syekh tersebut dapat menyelamatkan orang di akhirat nanti.  Keyakinan seperti ini juga termasuk syirik, karena hanya Allah-lah yang memiliki kewenangan untuk menyelamatkan siapa yang Dia kehendaki pada hari Pembalasan kelak.

Konsekuensi Syirik

Konsekuensi yang sifatnya berlaku umum untuk semua orang yang melakukan perbuatan syirik adalah amal yang dilakukannya di dunia ini menjadi sia-sia.  Allah sama sekali tidak akan memperhitungkannya di akhirat nanti.
 
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang sebelummu, ‘Sungguh jika engkau menyekutukan, niscaya akan sia-sia amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi’.” (Quran 39:65)
 
Ada pula setidaknya tiga konsekuensi lain yang berlaku khusus untuk mereka yang berpredikat ”orang musyrik,” yaitu mereka yang kepercayaannya memang menyembah berhala atau banyak tuhan.
 
Orang Islam, Yahudi, dan Nasrani yang melakukan penyekutuan terhadap Allah sebagaimana yang diterangkan di atas tidak masuk ke dalam kategori ini.  Predikat bagi orang Islam tetap ”orang beriman,” demikian pula orang Yahudi dan Nasrani predikat mereka tetap ”orang kitab,” bukan ”orang musyrik.”  Contoh pembedaan predikat ini dapat kita temukan di Quran 2:105 dan 22:17.
 
Tiga konsekuensi atas orang musyrik tersebut adalah:
 
1. Terlarang bagi orang beriman untuk menikahi orang musyrik, baik itu yang laki-laki maupun yang perempuan.
 
“Dan janganlah kalian kawini perempuan-perempuan musyrik sampai mereka beriman.  Dan sungguh budak perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik walaupun dia mengagumkan kalian.  Dan janganlah kalian kawini lelaki-lelaki musyrik sampai mereka beriman.  Dan sungguh budak lelaki yang beriman lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia mengagumkan kalian ...” (Quran 2:221)
 
2. Terlarang bagi orang beriman untuk memohonkan ampunan Allah bagi orang musyrik, meskipun mereka itu kerabat dekat sendiri.
 
“Tiadalah bagi nabi dan orang-orang yang beriman, bahwa mereka meminta pengampunan untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang itu kerabat dekat(nya), setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang itu penghuni neraka.” (Quran 9:113)
 
3. Terlarang bagi orang musyrik untuk mendatangi masjid.
 
“Tiadalah bagi orang-orang musyrik bahwa mereka mendiami masjid-masjid Allah, (sedangkan) mereka menjadi saksi atas keingkaran diri mereka sendiri.  Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka.” (Quran 9:17)

(Terakhir diperbarui: 13 Januari 2022)

Share on Facebook

Artikel Terkait: