“Dan berkata orang-orang yang ingkar, ‘Mengapa tidak diturunkan atasnya suatu tanda (mukjizat) dari Tuannya? ...” (Quran 13:7)
Pada masa lalu, orang-orang yang ingkar (kafir) telah menuntut supaya rasulullah Muhammad mendatangkan mukjizat sebagai bukti kerasulan. Mereka mempertanyakan kalau memang benar Nabi Muhammad adalah rasul Allah, mengapa tidak ada mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya.
Orang-orang yang ingkar pada zaman sekarang pun telah menuntut hal yang sama kepada rasul.
Pada masa lalu, orang-orang yang ingkar (kafir) telah menuntut supaya rasulullah Muhammad mendatangkan mukjizat sebagai bukti kerasulan. Mereka mempertanyakan kalau memang benar Nabi Muhammad adalah rasul Allah, mengapa tidak ada mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya.
Orang-orang yang ingkar pada zaman sekarang pun telah menuntut hal yang sama kepada rasul.
Sesungguhnya para rasul itu diutus untuk memberi peringatan dan kabar gembira kepada manusia dengan pesan-pesan Allah yang tercantum di dalam kitab-Nya. Rasul itu bukan manusia yang mesti membawa fenomena luar biasa (mukjizat). Penurunan mukjizat adalah sepenuhnya kewenangan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dari catatan Quran, hanya beberapa orang rasul saja yang dikaruniai mukjizat. Di antara mereka adalah rasulullah Isa dan rasulullah Musa. Isa dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, dan meniup tanah liat berbentuk burung sehingga hidup menjadi seekor burung. Musa tangannya dapat menjadi putih, dan tongkatnya dapat berubah menjadi ular.
Sang penutup nabi-nabi, Muhammad, bisa dikatakan tidak memiliki suatu mukjizat. Kitab Quran yang diturunkan kepada beliau bukanlah “mukjizat” dalam pengertian yang dimaksudkan oleh kaumnya. Yang mereka harapkan adalah suatu fenomena luar biasa yang melampaui akal manusia, seperti yang ada pada Musa dan Isa. Itulah kenapa mereka mempertanyakan tidak adanya mukjizat beliau sebagaimana terbaca pada ayat di awal tulisan ini.
Permintaan akan mukjizat adalah salah satu dari beberapa macam “respon standar” orang-orang yang ingkar. Mereka bukan berniat untuk beriman; syarat mukjizat itu hanya dalih kosong yang muncul dari sikap mereka yang melampaui batas.
Dari catatan Quran, hanya beberapa orang rasul saja yang dikaruniai mukjizat. Di antara mereka adalah rasulullah Isa dan rasulullah Musa. Isa dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, dan meniup tanah liat berbentuk burung sehingga hidup menjadi seekor burung. Musa tangannya dapat menjadi putih, dan tongkatnya dapat berubah menjadi ular.
Sang penutup nabi-nabi, Muhammad, bisa dikatakan tidak memiliki suatu mukjizat. Kitab Quran yang diturunkan kepada beliau bukanlah “mukjizat” dalam pengertian yang dimaksudkan oleh kaumnya. Yang mereka harapkan adalah suatu fenomena luar biasa yang melampaui akal manusia, seperti yang ada pada Musa dan Isa. Itulah kenapa mereka mempertanyakan tidak adanya mukjizat beliau sebagaimana terbaca pada ayat di awal tulisan ini.
Permintaan akan mukjizat adalah salah satu dari beberapa macam “respon standar” orang-orang yang ingkar. Mereka bukan berniat untuk beriman; syarat mukjizat itu hanya dalih kosong yang muncul dari sikap mereka yang melampaui batas.
Andaikata mukjizat yang mereka minta itu benar-benar hadir, niscaya mereka akan tetap dalam keingkarannya. Sebagaimana dapat kita perhatikan pada kisah rasulullah Musa maupun Isa, ketika mukjizat didatangkan, kaumnya yang ingkar menganggap itu sebagai sihir.
Orang-orang yang mendapat petunjuk Allah tidak membutuhkan mukjizat untuk mempercayai kebenaran yang datang kepada mereka. Hanya saja yang meminta mukjizat adalah orang-orang bodoh yang telah pasti kesesatan atasnya.
“Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah, sumpah yang sungguh-sungguh, bahwa jika datang kepada mereka suatu tanda (mukjizat), sungguh mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya tanda-tanda (mukjizat) itu hanyalah di sisi Allah.’ Dan sadarkah kalian bahwa apabila ia (mukjizat itu) datang mereka tidak juga akan beriman?” (Quran 6:109)
“Dan sekiranya Kami turunkan kepada mereka malaikat-malaikat, dan orang-orang yang telah mati berbicara kepada mereka, dan Kami kumpulkan ke hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka tuntut), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka itu bodoh.” (Quran 6:111)
Share on Facebook
Orang-orang yang mendapat petunjuk Allah tidak membutuhkan mukjizat untuk mempercayai kebenaran yang datang kepada mereka. Hanya saja yang meminta mukjizat adalah orang-orang bodoh yang telah pasti kesesatan atasnya.
“Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah, sumpah yang sungguh-sungguh, bahwa jika datang kepada mereka suatu tanda (mukjizat), sungguh mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya tanda-tanda (mukjizat) itu hanyalah di sisi Allah.’ Dan sadarkah kalian bahwa apabila ia (mukjizat itu) datang mereka tidak juga akan beriman?” (Quran 6:109)
“Dan sekiranya Kami turunkan kepada mereka malaikat-malaikat, dan orang-orang yang telah mati berbicara kepada mereka, dan Kami kumpulkan ke hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka tuntut), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka itu bodoh.” (Quran 6:111)
Share on Facebook