Pada pembahasan tentang waktu shalat di dalam tulisan berjudul "Ketentuan Shalat di Dalam Quran," saya mengemukakan surah 17:78 sebagai keterangan bagi rentang waktu shalat Isya.
Namun umumnya terjemahan yang ada menerjemahkan "duluuki syamsi" pada ayat tersebut bukan dengan "terbenam matahari" melainkan "tergelincir matahari."
Kalau kita buka kamus, kita akan menemukan "terbenam matahari" maupun "tergelincir matahari" sebagai terjemahan bagi "duluuk asy-syams." Karena dua terjemahan tersebut mengandung perbedaan makna yang signifikan, maka kita perlu menguji manakah di antara keduanya yang lebih tepat di dalam konteks ayat yang kita bahas.
Jika "duluuki syamsi" diterjemahkan sebagai "tergelincir matahari," maka pertanyaannya dari tiga shalat yang disebutkan di dalam Quran, yaitu Fajar, Wustha, dan Isya, rentang waktu dari tergelincir matahari sampai gelap malam ini akan dirujuk ke shalat yang mana? Fajar sudah jelas mustahil. Wustha tidak cocok karena titik akhir rentang waktu tersebut, yaitu gelap malam, sudah terlalu jauh dari pertengahan siang. Isya pun tidak pas karena titik awal rentang waktu tersebut, yaitu tergelincir matahari, masih terlalu dini untuk disebut senja.
Para pendukung terjemahan "tergelincir matahari" akan menjawab bahwa rentang waktu dari tergelincirnya matahari sampai gelap malam itu merujuk pada shalat Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya.
Padahal kalau kita membaca kalimat "dirikanlah shalat dari duluuk matahari sampai gelap malam" secara wajar tanpa tendensi untuk mengarahkannya kepada tafsiran-tafsiran tertentu, kita tentu akan menangkap bahwa frasa tersebut terkait rentang waktu sebuah shalat, bukan beberapa shalat yang sambung-menyambung.
Kata yang Allah gunakan di dalam ayat itu pun jelas-jelas dalam bentuk tunggal "shalaat" (sebuah shalat), bukan dalam bentuk jamak "shalawaat" (beberapa shalat).
Jadi pernyataan bahwa rentang waktu tersebut merujuk kepada empat waktu shalat tidak dapat diterima dan merupakan klaim yang dipaksakan.
Kesimpulannya, "duluuki syamsi" pada surah 17:78 tidak tepat bila diterjemahkan "tergelincir matahari." Terjemahan yang tepat adalah "terbenam matahari," dan ia merupakan penanda bagi masuknya waktu shalat Isya.
Selaku orang beriman seyogianya kita mengikuti ayat-ayat Allah dengan sebenar-benarnya. Apabila ada ketidaksesuaian antara apa yang kita praktikkan dengan apa yang Quran katakan, maka praktik ibadah kita yang harus dikoreksi agar sejalan dengan Quran, bukan pemaknaan Quran yang dimanipulasi agar bisa dijadikan pembenaran atas apa yang kita praktikkan.
"Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka membacanya dengan pembacaan yang sebenarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Quran 2:121)