"Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kalian satu umat (saja), akan tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan kalian sungguh akan ditanya tentang apa yang telah kalian kerjakan." (Quran 16:93)
Di dalam Quran cukup sering kita temukan pernyataan bahwa Allah menyesatkan manusia. Allah menyesatkan manusia bukan berarti Allah mengarahkan manusia agar tersesat sebagaimana yang dilakukan oleh setan, melainkan bahwa Allah di dalam wilayah kehendak-Nya telah menetapkan ada orang-orang yang akan tersesat dan ada orang-orang yang akan mendapat petunjuk.
Tersesatnya seseorang adalah buah dari perilaku orang itu sendiri. Di dalam Quran dikatakan bahwa yang Allah takdirkan sesat itu adalah orang yang fasik (2:26), orang yang zalim (14:27), orang yang melampaui batas dan ragu-ragu (40:34), serta orang yang ingkar (40:74).
Sebaliknya Allah akan memberi petunjuk bagi orang yang kembali kepada-Nya (13:27).
Hal ini senada dengan ayat yang menyebutkan bahwa Allah telah mengilhamkan pada tiap jiwa itu potensi kejahatan dan ketakwaan (91:8). Selanjutnya tergantung pada masing-masing orang apakah akan menuruti dorongan kejahatan atau mengikuti petunjuk ketakwaan.
Kesesatan seseorang adalah takdir Allah yang bersifat mutlak. Orang yang sudah ditakdirkan sesat tidak akan mungkin mendapatkan petunjuk. Di antara hikmah dibukakannya wawasan ini bagi kita adalah agar kita dapat menerima kenyataan bahwa akan ada orang yang tetap kukuh tidak mau menerima kebenaran, seterang apa pun dalil yang kita kemukakan kepadanya. Hikmah lainnya adalah agar kita menyadari betapa berharganya takdir hidayah yang telah Allah karuniakan kepada kita.
"... Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (Quran 4:88)