16.1.11

Pengertian Ad-Diin

Pengertian “ad-diin” sebagai “agama” sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang Islam. Istilah “agama Islam” sendiri adalah terjemahan dari “ad-diinul islaam.” “Agama” memang salah satu pengertian yang sahih atas “ad-diin,” di samping pengertian-pengertian lain yang dimilikinya.

Namun ada kalangan tertentu yang menolak pengertian “ad-diin” sebagai “agama.” Sebagian dari mereka menolak istilah “agama” demi membenarkan paham mereka yang mengingkari ritual peribadatan seperti shalat, puasa, dan haji. Sebagian yang lain menolak istilah “agama” demi membenarkan paham politik yang mereka anut.

Untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang utuh atas istilah “ad-diin” tersebut, baiklah kita uraikan seluruh pengertian “ad-diin” yang terdapat di dalam Quran. Baik itu pengertiannya sebagai “agama,” maupun pengertian-pengertiannya yang lain.

Pengertian 1: Agama

Pengertian yang pertama dari istilah “ad-diin” adalah “agama.” Bisa dikatakan bahwa “agama” adalah pengertian primer dari “ad-diin.” Dari 83 ayat Quran yang mengandung istilah “ad-diin,” lebih dari separuhnya (tepatnya 48 ayat) adalah menyebut “ad-diin” dalam pengertian “agama.”

Sebagian dari ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

“Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas yang benar dari yang sesat. Maka barang siapa yang ingkar kepada tagut dan percaya kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang pada tali yang kukuh yang tidak akan putus. Dan Allah Mendengar, Mengetahui.” (Quran 2:256)

“Itu adalah karena mereka berkata, ‘Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali (selama) beberapa hari yang terhitung.’ Dan mereka tertipu dalam agama mereka oleh apa yang  mereka ada-adakan.” (Quran 3:24)

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, lemah lembut terhadap orang-orang beriman, keras terhadap orang-orang kafir, berjuang di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya), Maha Mengetahui.” (Quran 5:54)

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan bergolongan-golongan, tidak ada urusanmu atas mereka sedikit pun. Sesungguhnya urusan mereka kepada Allah; kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Quran 6:159)

“Kemudian jika mereka bertobat, dan mendirikan shalat, dan memberikan zakat, maka (mereka itu) saudara-saudara kalian di dalam agama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk kaum yang mengetahui.” (Quran 9:11)

“Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Dia mengunggulkannya di atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak suka.” (Quran 9:33)

“Dan tidak patut orang-orang beriman itu pergi (berperang) seluruhnya. Maka mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka kelompok orang untuk menjadi paham dalam agama, dan untuk memberi peringatan kepada kaum mereka apabila mereka (kaum itu) telah kembali kepada mereka, agar mereka berhati-hati?” (Quran 9:122)

“Ataukah mereka mempunyai sekutu-sekutu (bagi Allah) yang menetapkan bagi mereka aturan agama yang Allah tidak pernah izinkan? Dan sekiranya tidak ada kata putus (yang telah ditetapkan) tentulah telah diputuskan di antara mereka.  Dan sesungguhnya bagi orang-orang zalim itu  azab yang pedih.” (Quran 42:21)

Ayat-ayat lain yang memuat istilah “ad-diin” dalam pengertian “agama” adalah: 2:132, 2:217, 3:19, 3:73, 3:83, 3:85, 4:46, 4:125, 4:171, 5:3, 5:57, 5:77, 6:70, 6:137, 6:161, 7:51, 8:49, 8:72, 9:12, 9:29, 10:104, 10:105, 12:40, 22:78, 24:2, 24:55, 30:30, 30:32, 30:43, 33:5, 40:26, 42:13, 48:28, 49:16, 60:8, 60:9, 61:9, 98:5, 109:6 dan 110:2.

Khusus untuk pengertian yang pertama di atas, saya sengaja menampilkan cuplikan ayat yang cukup banyak dengan maksud untuk menunjukkan dengan sejelas-jelasnya bahwa “ad-diin” bermakna “agama” tanpa dapat diragukan lagi.

Pengertian 2: Ketaatan

Ad-diin” juga memiliki pengertian “ketaatan.” Contohnya adalah pada tiga ayat berikut:

“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan adalah ketaatan itu bagi Allah (semata). kemudian jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan kecuali atas orang-orang yang zalim.” (Quran 2:193)

“Maka apabila mereka naik di dalam kapal, mereka berdoa kepada Allah (dengan) menuluskan ketaatan bagi-Nya, kemudian tatkala Dia menyelamatkan mereka ke darat, tiba-tiba mereka menyekutukan.” (Quran 29:65)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan kebenaran, maka menghambalah kepada Allah (dengan) menuluskan ketaatan bagi-Nya.” (Quran 39:2)

Ayat-ayat lain yang memuat istilah “ad-diin” dalam pengertian “ketaatan” adalah: 4:146, 7:29, 8:39, 10:22, 16:52, 31:32, 39:3, 39:11, 39:14, 40:14, dan 40:65.

Pengertian 3: Pembalasan

Makna lain yang dikandung oleh istilah “ad-diin” adalah “pembalasan.” Berikut ini di antara ayat-ayatnya:

“Penguasa hari pembalasan.” (Quran 1:4)

“Pada hari itu Allah akan menyempurnakan balasan yang sebenarnya untuk mereka. Dan mereka mengetahui sesungguhnya Allah, Dialah Yang Benar, Yang Menjelaskan.” (Quran 24:25)

“Apakah apabila kami telah mati dan menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami sungguh akan diberi pembalasan?’” (Quran 37:53)

Ayat-ayat lain yang memuat istilah “ad-diin” dalam pengertian “pembalasan” adalah: 15:35, 26:82, 37:20, 38:78, 51:6, 51:12, 56:56, 70:26, 74:46, 82:9, 82:15, 82:17, 82:18, 83:11, 95:7, dan 107:1.

Pengertian 4: Kekuasaan/Hukum

Makna “ad-diin” yang terakhir adalah “kekuasaan/hukum.” Terdapat dua ayat Quran yang memuat “ad-diin” dalam pengertian ini.

“Maka dia mulai dengan karung-karung mereka sebelum karung saudaranya, lalu dia mengeluarkannya dari karung saudaranya. Begitulah Kami mengatur untuk Yusuf. Dia tidak dapat mengambil saudaranya menurut hukum raja, kecuali jika Allah menghendaki ...” (Quran 12:76)

“Maka mengapa jika kalian tidak dikuasai” (Quran 56:86)

Multi Makna Dalam Bahasa Arab

Pemaparan akan berbagai pengertian “ad-diin” di atas mengingatkan kita pada kekayaan perbendaharaan bahasa Arab. Satu kata dalam bahasa Arab dapat mempunyai banyak arti. Maka kita tidak bisa hanya mengambil satu pengertian untuk diberlakukan pada semua kata yang ada.

Ad-diin” Bukan “Sistem”

Sebagaimana yang telah saya singgung di awal tulisan ini, terdapat sebagian pihak yang menolak pengertian “ad-diin” sebagai “agama.” Salah satu pengertian alternatif yang sering mereka ajukan adalah “sistem.”

Istilah “sistem” di dalam bahasa Arab disebut “nizhaam” (dari akar nun-zha-mim). “Sistem politik” disebut sebagai “nizhaamil siyasiy.” Penutur bahasa Arab tidak akan menyebut “sistem politik” sebagai “diinul siyasyi.” Demikian pula misalnya “sistem pemerintahan” akan disebut “nizhaamil hukumah,” bukan “diinul hukumah.

Kalaulah kita hendak menyampaikan bahwa cakupan pengaturan di dalam ajaran Islam itu lebih luas daripada yang dikenal di dalam agama-agama lain, terangkan saja demikian. Jangan karena alasan itu kita semaunya mengubah-ubah makna sebuah kata.

Kenyataannya, agama-agama lain yang cakupannya dianggap tidak seluas Islam pun disebut sebagai “ad-diin” dalam bahasa Arab. Hal ini tentu menjadi pertentangan (kontradiksi) apabila sebelumnya dinyatakan bahwa istilah “ad-diin” tersebut khusus mengacu kepada ajaran yang cakupannya luas seperti Islam.

Millah

Perlu pula sedikit saya singgung istilah “millah” yang kadang dianggap sebagai padanan dari “agama.” Meskipun secara umum “millah” dapat juga diartikan sebagai “agama,” terjemahan yang lebih akurat untuk “millah” sebenarnya adalah “ajaran/keyakinan” agama.

Setidaknya ada tiga ayat di dalam Quran yang memuat istilah “diin” sekaligus “millah.” Ditempatkannya dua kata tersebut dalam satu rangkaian kalimat sedikit banyaknya telah menunjukkan adanya perbedaan makna antara keduanya. Berikut ini salah satu ayat dimaksud:

“Dan siapakah yang lebih baik agama (diin)nya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia seorang yang baik, dan mengikuti ajaran (millah) Ibrahim, seorang yang lurus? Dan Allah telah mengambil Ibrahim sebagai seorang sahabat.” (Quran 4:125)

Akhirnya saya tegaskan kembali bahwa “agama” adalah salah satu pengertian yang sahih dari “ad-diin.” Dan mereka yang menolak istilah “agama” hanya mengada-ada tanpa suatu dasar yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Share on Facebook

Artikel Terkait: