25.6.22

Mengingat Allah

Berdiri, Duduk, Berbaring

Kita diperintahkan Allah untuk mengingat-Nya di dalam setiap keadaan, baik sambil berdiri, duduk, maupun berbaring.
 
”Kemudian apabila kalian telah menyelesaikan shalat, maka ingatlah Allah, (dalam keadaan) berdiri, duduk, dan berbaring ...” (Quran 4:103)
 
Apapun benda atau peristiwa yang kita lihat dapat menjadi bahan untuk mengingat Allah, kalau memang kita niatkan demikian, karena segala benda dan peristiwa pada hakikatnya adalah ciptaan-Nya.
 
Siang yang terang mengingatkan kita kepada Allah; kalau Dia tidak ciptakan matahari maka akan gelap terus dunia ini.
 
Semut yang merayap mengingatkan kita kepada Allah; betapa Dia berkuasa menciptakan organ-organ tubuh pada makhluk hidup sekecil itu.
 
Kesibukan para pedagang mengingatkan kita kepada Allah; bagaimana Dia membagikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki.
 
Semuanya adalah perbuatan Allah, dan semua itu seyogianya membuat kesadaran kita tersambung kepada-Nya.
 
Saat ini pun kita sedang dalam pengawasan Allah.  Kalau kita menyadari hal tersebut, otomatis kita akan ingat kepada-Nya.
 
Tujuan Mengingat Allah 
 
Maksud dan tujuan kita berupaya terus-menerus mengingat Allah tidak lain adalah untuk membangun dan memperkuat hubungan kita dengan-Nya.
 
Allah adalah pusat spiritualitas kita.  Semakin bagus hubungan kita dengan-Nya, maka akan semakin bagus pula kualitas kehambaan kita.  Pada akhirnya hal tersebut akan mengantarkan kita kepada keridaan-Nya.
 
Shalat
 
Selain mengingat Allah melalui berbagai benda dan peristiwa kehidupan, kita pun mengingat Allah melalui ibadah shalat.
 
Shalat adalah laku mengingat Allah yang istimewa, karena Dia secara khusus mengatur tatacara dan waktunya.
 
”Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Quran 20:14)
 
Membaca Quran
 
Membaca kalam Allah yang tertulis di dalam Quran adalah juga jalan untuk mengingat-Nya.
 
Quran itu sendiri dinamakan pula ”adz-dzikr,” yang berarti ”peringatan.”
 
Membaca Quran akan menjadi pengingat kepada Allah kalau kita niatkan untuk menghayati pesan-pesan di dalamnya.  Kalau membaca Quran yang kita pikirkan adalah bagaimana mencapai target sekian halaman, atau bagaimana membuat orang-orang terkesan, maka itu tidak akan mengingatkan kita kepada-Nya.
 
Menenteramkan Hati
 
Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, mengingat-Nya akan menenteramkan hati.
 
Manakala kita diterpa cobaan, hati kita akan tenteram jika ingat bahwa cobaan ini berasal dari Allah, dan bahwa Dia tidak akan membebani kita melebihi kesanggupan.
 
Ketika jalan-jalan rezeki tampak tertutup bagi kita, hati kita akan tenteram jika ingat bahwa perbendaharaan langit dan bumi semua ada dalam genggaman Allah, dan bahwa Dia sudah menjamin rezeki untuk semua makhluk.
 
Apapun episode kehidupan yang sedang kita jalani, hati kita akan tenteram jika percaya dan ingat kepada Allah yang mengetahui, mengurus, dan menguasai segalanya dengan kasih sayang dan kebijaksanaan-Nya.
 
”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Quran 13:28)
 
Ingat Dalam Syukur
 
Namun kita jangan mengingat Allah hanya dalam situasi sulit.  Dalam berbagai limpahan karunia yang setiap waktu Allah berikan pun seyogianya kita mengingat-Nya dengan rasa syukur.
 
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepada kalian. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian ingkar kepada-Ku.” (Quran 2:152)
 
Rintangan
 
Terdapat rintangan dalam upaya kita untuk terus-menerus mengingat Allah.
 
Terhadap orang-orang yang durhaka, setan akan menguasai mereka dan menjadikan mereka lupa mengingat Allah.
 
”Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itulah orang-orang yang rugi.” (Quran 58:19)
 
Di antara sarana yang digunakan setan untuk membuat manusia lupa mengingat Allah adalah minuman keras dan judi.
 
”Sesungguhnya setan hanya hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian dalam arak dan judi, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan dari shalat. Maka maukah kalian berhenti?” (Quran 5:91)
 
Kesibukan bisnis yang kita tekuni pun dapat melalaikan kita dari mengingat Allah.
 
”Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan memberikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang,” (Quran 24:37)
 
Demikian pula benda-benda yang bagus.  Tidak kurang dari Nabi Sulaiman pernah bermasalah dengan hal ini.
 
”Maka dia (Sulaiman) berkata, ’Sesungguhnya aku mencintai kecintaan pada benda-benda yang baik lebih dari mengingat Tuanku, sampai ia tersembunyi di balik tabir.’” (Quran 38:32)
 
Yang juga dapat melalaikan kita dari mengingat Allah adalah harta dan anak.
 
”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta benda kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Quran 63:9)
 
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki bisnis, harta benda, maupun anak.  Kita tidak dilarang memiliki itu semua, namun kita harus memangkas kecenderungan terhadap perkara-perkara duniawi tersebut apabila tidak ingin dilalaikan dari mengingat Allah.
 

Artikel Terkait: