25.6.22

Petunjuk Quran Terkait Perang

Berperang adalah salah satu kewajiban bagi orang-orang beriman. Ia merupakan salah satu wujud nyata dari perjuangan (jihad) di jalan Allah.
 
Pergi berperang dirasa berat oleh sebagian orang, namun Allah mengingatkan kita untuk tetap berangkat apabila perintah telah datang, baik dengan ringan maupun berat.
 
“Berangkatlah kalian dengan ringan maupun berat, dan berjuanglah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (Quran 9:41)
 
Ada banyak petunjuk Quran terkait perang yang perlu menjadi perhatian kita agar ibadah yang satu ini dapat kita jalankan dengan baik dan benar.
 
Berikut di antara petunjuk-petunjuk tersebut:
 
1. Meluruskan niat 
 
Niat kita dalam berperang hendaklah murni hanya ingin mencari keridaan Allah dan negeri akhirat.  Meski di dalam perang ada potensi perolehan duniawi seperti harta rampasan dan uang tebusan, orang beriman tidak sepatutnya menjadikan hal tersebut sebagai motivasi dalam berperang.
 
Allah di dalam Quran menceritakan bagaimana pasukan orang-orang beriman pada masa Nabi yang awalnya unggul, menderita hantaman telak setelah goyahnya disiplin dari sebagian mereka yang berorientasi duniawi. 
 
“Dan sungguh Allah telah membenarkan janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya; sampai pada saat kalian lemah, dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai (rasul), setelah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia, dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Dia memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian ...” (Quran 3:152)
 
Yang lebih harus kita khawatirkan daripada kekalahan di dalam pertempuran adalah jika kita terbunuh sia-sia di medan perang tanpa suatu nilai di sisi Allah karena niat kita sudah melenceng.
 
2. Tobat dari berbagai dosa dan kesalahan 
 
Dosa dan kesalahan itu mengundang musibah.
 
Tobat kepada Allah harus kita lakukan di dalam segala keadaan.  Namun urgensi untuk tobat semakin mengemuka manakala kita akan berperang.  Perang adalah sebuah medan pertaruhan nyawa dan keselamatan di mana sedikit kejadian “sial” saja bisa berakibat fatal.
 
Quran pun bercerita tentang bagaimana musibah menimpa orang-orang beriman di medan perang lantaran dosa dan kesalahan orang-orang beriman itu sendiri. 
 
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kalian pada hari bertemunya  dua kumpulan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian dari apa (dosa) yang telah mereka usahakan ...” (Quran 3:155)
 
“Dan mengapa kalian (heran) ketika ditimpa musibah, padahal (sebelumnya) kalian telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh) kalian berkata, ‘Bagaimana ini?’ Katakanlah, ‘Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri.’  Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Quran 3:165)
 
Maka hendaklah kita minta ampun dan bertobat dengan sungguh-sungguh atas segala dosa dan kesalahan; baik yang lahir, maupun yang batin; yang telah lama, maupun yang baru kita perbuat.
 
3. Banyak berzikir
 
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kalian bertemu satu pasukan (musuh), maka berteguhhatilah dan sebutlah Allah banyak-banyak agar kalian beruntung.” (Quran 8:45)
 
4. Tidak berselisih satu sama lain
 
“Dan taatilah Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kalian berselisih sehingga kalian menjadi gentar dan kekuatan kalian hilang ...” (Quran 8:46)
 
5. Perteguh kesabaran
 
Sabar artinya tahan menghadapi cobaan.  Sabar dalam peperangan tergambar di dalam surah 3:146 berupa sikap tidak merasa lemah, tidak patah semangat, dan tidak menyerah atas musibah yang menimpa di jalan Allah. 
 
Allah menyukai dan menyertai orang-orang yang sabar.  Apabila orang-orang beriman memiliki sifat sabar, maka mereka dengan izin Allah akan dapat mengalahkan musuh yang jumlahnya dua kali lebih banyak.
 
“... Maka jika di antara kalian ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antara kalian ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Quran 8:66)
 
6. Tidak mengandalkan apapun selain Allah 
 
Orang-orang beriman harus menyadari bahwa menang atau kalahnya mereka dalam peperangan tergantung pada pertolongan Allah.  Maka jangan mengandalkan apapun selain Allah; baik itu persenjataan, kemampuan, jumlah, strategi, dan sebagainya.  
 
“Jika Allah menolong kalian, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kalian, tapi jika Dia membiarkan kalian, maka siapa yang dapat menolong kalian setelah itu? Maka hendaklah kepada Allah orang-orang mukmin bertawakal.” (Quran 3:160)
 
Tercatat di dalam Quran bagaimana pasukan kaum beriman pada masa lalu pernah dipukul mundur oleh musuh setelah mereka merasa kagum dengan besarnya jumlah mereka. 
 
“Sungguh Allah telah menolong kalian (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) hari (perang) Hunain, ketika jumlah kalian yang banyak itu menakjubkan kalian, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagi kalian, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagi kalian, kemudian kalian berbalik lari ke belakang.” (Quran 9:25)
 
Jangan pula kita bersikap angkuh atau bangga diri dengan alasan apapun.  Termasuk misalnya karena dianggap sebagai pasukan dengan kualifikasi spesial.  Sikap demikian tidak disukai Allah.  Lalu bagaimana kita berharap akan ditolong Allah jika kita mengambil sikap yang tidak disukai-Nya?
 
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan angkuh dan ingin dilihat orang ...” (Quran 8:47)
 
7. Tidak membunuh orang beriman lainnya 
 
Seorang mukmin dilarang membunuh mukmin lainnya dalam keadaan apapun.  Termasuk apabila mereka berada di dua kubu yang sedang berperang.
 
“Dan tidak patut bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (lainnya) kecuali dengan tersalah (khilaf) ...” (Quran 4:92)
 
Maka kita harus mencari keterangan tentang personel pihak musuh untuk sedapat mungkin menghindari terbunuhnya seorang mukmin oleh kita.  
 
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka carilah keterangan; dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang melontarkan salam kepada kalian, ‘Kamu bukan seorang mukmin,’ (lalu kalian membunuhnya), demi mencari harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta rampasan yang banyak ...” (Quran 4:94)
 
8. Tidak berbalik ketika bertemu dengan orang kafir 
 
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir yang maju menyerang, maka janganlah kalian berbalik membelakangi mereka.” (Quran 8:15)
 
Larangan berbalik (melarikan diri) ketika bertemu orang kafir di medan perang ini harus betul-betul diperhatikan oleh orang-orang beriman, karena ancaman bagi pelanggarnya adalah neraka Jahanam. 
 
“Dan barangsiapa berbalik pada waktu itu, kecuali berbelok untuk berperang atau menggabungkan diri dengan pasukan, maka sungguh dia kembali dengan kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam, (itulah) seburuk-buruk tempat kembali.” (Quran 8:16)
 
9. Melarang serta orang munafik yang pernah tidak mau ikut berperang 
 
Meneladani kebijakan Nabi berdasarkan perintah Allah di masa lalu, terhadap orang munafik yang pernah tidak mau ikut berperang, maka untuk selanjutnya dia tidak diperbolehkan keluar berperang  bersama rasul dan orang-orang beriman. 
 
“Maka jika Allah mengembalikanmu (Muhammad) kepada suatu golongan dari mereka (orang-orang munafik), kemudian mereka meminta izin kepadamu untuk keluar (ikut berperang), maka katakanlah, ‘Kalian tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kalian telah rela untuk tinggal sejak semula. Maka duduklah bersama orang-orang yang tinggal.’” (Quran 9:83)
 
10. Memperlakukan tawanan dengan baik 
 
Tawanan perang hendaklah diperlakukan dengan baik.  Di dalam Quran disebutkan bahwa salah satu dari perbuatan orang yang berbakti itu ialah memberi makanan kepada tawanan.
 
“Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan” (Quran 76:8)
 
11. Mengenai harta rampasan “ganimah”
 
Allah menyebutkan pada ayat pertama surah yang membahas tentang harta rampasan perang bahwa harta rampasan itu milik Allah dan rasul.
 
Pernyataan Allah tersebut meninggalkan pesan bahwa orang-orang beriman hendaklah menyerahkan sepenuhnya urusan pembagian harta rampasan perang kepada rasul.
 
Jika tidak demikian, harta rampasan yang sejatinya merupakan suatu karunia itu dapat berubah menjadi sumber pertikaian manakala masing-masing orang beriman ingin agar harta rampasan tersebut dibagi menurut kemauannya. 
 
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang harta rampasan perang. Katakanlah, ‘Harta rampasan perang itu milik Allah dan rasul, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kalian, dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya jika kalian orang-orang yang beriman.’” (Quran 8:1)
 
Allah menetapkan bahwa satu per lima dari harta rampasan perang yang diperoleh orang-orang beriman dari pihak musuh diperuntukkan bagi Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin, dan gelandangan. 
 
“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kalian peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, rasul, kerabat (rasul), anak yatim, orang miskin, dan gelandangan ...” (Quran 8:41)
 
Harta rampasan perang juga diperuntukkan bagi orang beriman yang istrinya lari ke pihak kaum kafir, sedangkan dia belum memperoleh pengembalian harta dari istrinya tersebut.
 
“Dan jika ada di antara istri-istri kalian yang lari kepada orang-orang kafir, lalu kalian dapat mengalahkan mereka, maka berikanlah (dari harta rampasan) kepada orang-orang yang istrinya lari itu sebanyak apa yang telah mereka keluarkan ...” (Quran 60:11)
 
12. Mengenai harta rampasan “fai”
 
Di samping harta rampasan yang diperoleh melalui pertempuran, bisa pula terjadi harta rampasan jatuh ke tangan kaum mukminin tanpa melalui pertempuran.  Misalnya karena pihak lawan sudah lebih dulu menyingkir dan meninggalkan harta benda mereka ketika didatangi oleh orang-orang beriman. 
 
Harta rampasan yang seperti itu, disebut fai, semuanya diserahkan kepada rasul untuk selanjutnya akan diperuntukkan bagi Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin, gelandangan, dan orang berhijrah yang fakir. 
 
“Apa (fai) yang diberikan Allah kepada rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, rasul, kerabat (rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan gelandangan ...” (Quran 59:7)
 
“(Fai itu juga) untuk orang-orang berhijrah yang fakir, yang diusir dari tempat tinggal dan harta benda mereka, demi mencari karunia dan keridaan dari Allah dan (demi) menolong (agama) Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Quran 59:8)
 
13. Mengenai dispensasi dari kewajiban berperang 
 
Ada lima kriteria orang yang dikecualikan dari kewajiban berperang, yaitu: orang yang lemah, orang yang sakit, orang yang buta, orang yang pincang, dan orang yang tidak mempunyai biaya untuk berangkat perang. 
 
“Tidak ada kesalahan (karena tidak pergi berperang) atas orang yang lemah, orang yang sakit, dan orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan, apabila mereka tulus kepada Allah dan rasul-Nya ...” (Quran 9:91)
 
“Tidak ada kesalahan (karena tidak pergi berperang) atas orang yang buta, atas orang yang pincang, dan atas orang yang sakit ...” (Quran 48:17)
 

Artikel Terkait: