Berdoa adalah perintah Allah. Ia merupakan salah satu wujud penghambaan kita kepada-Nya. Melalui doa kita mengakui ketidakberdayaan dan berhajatnya kita di hadapan-Nya.
Allah marah kepada orang yang sombong tidak mau menunjukkan penghambaan diri kepada-Nya—yang salah satu tandanya adalah enggan berdoa, dan mengancam mereka dengan neraka Jahanam.
“Dan Tuan kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina.’” (Quran 40:60)
Allah berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Dan Allah tidak akan menyalahi janji.
Mengenai dalam bentuk apa, bagaimana, dan kapan doa kita akan dikabulkan, itu terserah Allah. Kita jangan ingin mengatur Allah. Allah paling tahu yang terbaik untuk kita.
Nabi Ibrahim berdoa agar Allah mengutus seorang rasul pada keturunan beliau dari garis Ismail (2:129). Ribuan tahun setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail wafat barulah Allah bangkitkan Nabi Muhammad di Mekah.
Maka kita hendaklah berbaik sangka kepada Allah. Doa yang kita panjatkan kepada-Nya niscaya akan ada hasilnya. Kalau tidak sekarang, mungkin di waktu akan datang; kalau tidak di dunia, mungkin di akhirat.
Allah menjadikan kita terus-menerus mendekat kepada-Nya melalui doa yang kita panjatkan pun sebenarnya sudah merupakan suatu karunia dari-Nya.
Quran memuat kisah tentang beberapa orang nabi yang berdoa kepada Allah, dan kemudian Allah mengabulkan doa mereka.
Nabi Nuh mendoakan kebinasaan bagi kaumnya yang durhaka (71:26), Allah kabulkan dengan menenggelamkan kaum Nabi Nuh yang ingkar dan menyelamatkan beliau dan keluarganya dari kejahatan kaumnya maupun dari penenggelaman tersebut (21:76).
Nabi Ayub berdoa mengadukan penderitaan yang mendera beliau (21:83), Allah kabulkan dengan melenyapkan penyakit yang beliau derita dan dengan mengembalikan keluarga beliau (21:84).
Nabi Yunus berdoa atas kesedihan yang beliau rasakan di dalam perut ikan (21:87), Allah kabulkan dengan menyelamatkan beliau sehingga dapat keluar dari sana dalam keadaan hidup (21:88).
Nabi Zakaria di masa tuanya berdoa agar tidak dibiarkan tak berketurunan (21:89), Allah kabulkan dengan menyembuhkan istri beliau dari kemandulan sehingga lahirlah Nabi Yahya (21:90).
Para nabi yang doa-doanya dikabulkan Allah tersebut memiliki suatu kesamaan sifat. Disebutkan bahwa mereka itu bersegera dalam mengerjakan kebaikan, berdoa dengan rasa harap dan takut kepada Allah, serta bersikap tunduk kepada-Nya.
“... Sesungguhnya mereka itu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka orang-orang yang tunduk kepada Kami.” (Quran 21:90)
Tiga sifat tersebut hendaknya ada pula pada diri kita guna memantaskan diri memperoleh pengabulan doa dari Allah.